Untuk awalan baru, yang mungkin tidak pantas aku terima.
Terima kasih.
Untuk kesempatan tambahan, yang mungkin saja akan terbuang dengan sia-sia sekali lagi.
Terima kasih.
Untuk kesabaran tak berbatas, yang aku tahu seringkali dengan egois ku uji batasannya.
Terima kasih.
Setelah melangkahkan kaki begitu jauh dan berkali-kali harus berputar arah karena bertemu jurang atau juga sungai yang terlalu dalam, entah mengapa aku ingin sekali untuk bisa kembali pulang. Untuk mengistirahatkan lelahku di pundak ibu, untuk menyantap masakannya yang selalu hangat dan lezat, juga untuk berlindung dari teriknya matahari sembari berbaring dan menerima belaian tangannya yang lembut.
Mungkin aku hanya menginginkan awalan yang baru untuk memulai kembali, berharap bisa melakukannya mulai dari rumahku. Sekali lagi.
Tapi,
aku tersadar bahwa langkahku sudah terlalu banyak. Terlalu panjang jalur di belakang untuk kembali disusuri.
Lebih-lebih lagi, aku tahu kembali kesana dan berharap semuanya akan terasa sama akanlah sangat tidak masuk akal.
Terlalu banyak yang kudapat selama perjalanan. Bekas-bekas luka, sisa-sisa rasa lapar, kisah tentang mitos dan legenda yang terus berganti, juga tekad yang entah bagaimana, tapi aku tahu ia tak akan sama tanpa menapak keluar dari rumah.
Jadi terima kasih...
Karena sudah datang melihat semua ini dan tetap menerimanya.
Karena sudah terus menyemangati meski seringkali kau juga merasa tidak masuk akal. Karena sudah tinggal dan menemani jiwa yang sedang tersesat tanpa tujuan ini.
Karena selalu datang menyapa tidak peduli bagaimana aku pernah pergi dan mengabaikan.
Terima kasih.
Terima kasih.
Untuk kesempatan tambahan, yang mungkin saja akan terbuang dengan sia-sia sekali lagi.
Terima kasih.
Untuk kesabaran tak berbatas, yang aku tahu seringkali dengan egois ku uji batasannya.
Terima kasih.
Setelah melangkahkan kaki begitu jauh dan berkali-kali harus berputar arah karena bertemu jurang atau juga sungai yang terlalu dalam, entah mengapa aku ingin sekali untuk bisa kembali pulang. Untuk mengistirahatkan lelahku di pundak ibu, untuk menyantap masakannya yang selalu hangat dan lezat, juga untuk berlindung dari teriknya matahari sembari berbaring dan menerima belaian tangannya yang lembut.
Mungkin aku hanya menginginkan awalan yang baru untuk memulai kembali, berharap bisa melakukannya mulai dari rumahku. Sekali lagi.
Tapi,
aku tersadar bahwa langkahku sudah terlalu banyak. Terlalu panjang jalur di belakang untuk kembali disusuri.
Lebih-lebih lagi, aku tahu kembali kesana dan berharap semuanya akan terasa sama akanlah sangat tidak masuk akal.
Terlalu banyak yang kudapat selama perjalanan. Bekas-bekas luka, sisa-sisa rasa lapar, kisah tentang mitos dan legenda yang terus berganti, juga tekad yang entah bagaimana, tapi aku tahu ia tak akan sama tanpa menapak keluar dari rumah.
Jadi terima kasih...
Karena sudah datang melihat semua ini dan tetap menerimanya.
Karena sudah terus menyemangati meski seringkali kau juga merasa tidak masuk akal. Karena sudah tinggal dan menemani jiwa yang sedang tersesat tanpa tujuan ini.
Karena selalu datang menyapa tidak peduli bagaimana aku pernah pergi dan mengabaikan.
Terima kasih.
Wrote by Forenoontea.